Selasa, 09 Maret 2010

KESALAHAN INFORMAL

Kesalahan informal biasanya dikelompokan sebagai kesalahan relevansi.
Kesalahan ini terjadi apabila premis-premis tidak mempunyai hubungan logis dengan kesimpulan. Yang termasuk ke dalam jenis kesalahan ini ialah:

1) Argumentum ad Hominem
Secara harafiah kesalahan itu berarti “argumentasi ditujukan kepada diri orang”.
Kesalahan itu terjadi bila seseorang mengambil keputusan atau kesimpulan tidak
berdasarkan penalaran melainkan untuk kepentingan dirinya, dengan mengemukakan alasan yang tidak logis sebenarnya. Misalnya, orang menolak pemerataan dengan alasan bahwa pemerataan itu merupakan yang dituntut orang komunis, sedangkan komunisme adalah aliran yang dilarang di sini (Alasan yang sebenarnya ialah karena pemerataan itu merugikan dirinya).

2) Argumentum ad Baculum
Baculum berarti “tongkat” Yang dimaksud di sini ialah suatu kesalahan yang
terjadi apabila suatu keputusan diterima atau ditolak karena adanya ancaman hukuman atau tindak kekerasan: Misalnya jika seorang mengakui kesalahan yang dituduhkan kepadanya (yang sebenarnya tidak dilakukan) karena ia diancam dengan kekerasan.

3) Argumentum ad Verucundiam atau Argumentum Adictoritatis
Kesalahan ini terjadi bila seseorang menerima pendapat atau keputusan bukan
dengan alasan penalaran melainkan karena yang menyatukan pendapat atau keputusan itu adalah yang memiliki kekuasaan.


4) Argumentum ad Populum
Arti harafiahnya ialah “argumentasi ditujukan kepada rakyat”. Argumentasi yang
dikemukakan tidak mementingkan kelogisan yang penting agar orang banyak tergugah. Hal ini sering dilakukan dalam propaganda.

5) Argumentum ad Misericordiam
Argumentasi dikemukakan untuk membangkitkan belas kasihan. Biasanya
argumentasi semacam ini dikemukakan bila seseorang ingin agar kesalahannya
dimaafkan. Misalnya seorang siswa yang mendapat nilai buruk mengatakan bahwa ia tidak mempunyai cukup waktu untuk belajar karena membantu orang tua mencari nafkah.

6) Kesalahan Non-Causa Pro-Causa
Kesalahan ini terjadi jika seseorang mengemukakan suatu sebab yang sebenarnya bukan merupakan sebab atau bukan sebab yang lengkap. Contohnya seorang laki-laki dinyatakan meninggal akibat jatuh dari tangga. Akan tetapi, pemeriksaan dokter menyatakan bahwa orang itu meninggal bukan karena jatuh. Ia mendapat serangan jantung ketika sedang menuruni tangga.

7) Kesalahan Aksidensi
Yang dimaksud dengan kesalahan aksidensi ialah kesalahan terjadi akibat
penerapan prinsip umum terhadap keadaan yang bersifat aksidental, yaitu suatu keadaan atau kondisi kebetulan, yang tudak seharusnya, atau mutlak yang tidak cocok. Misalnya, susu adalah minuman sehat. Tetapi, jika seorang ibu yang memberikan susu kepada
anaknya yang alergi terhadap lemak hewani karena ia menganggap bahwa susu adalah minuman yang menyehatkan ia telah melakukan kesalahan aksidensi. Keadaan umum bahwa susu itu sehat tidak cocok dengan kondisi aksidental bahwa anak alergi terhadap lemak hewani.

8) Petitio Principii
Kesalahan ini terjadi jika argumen yang diberikan telah tercantum di dalam
premisnya. Misalnya kalimat “Ular itu mengandung racun karena ia berbisa; kedua hal itu sama saja, karena tidak berbeda” adalah contoh-contoh petitio principii. Tentu saja kesalahan itu akan mudah dikenali jika pernyataan dan argumennya berdekatan atau sama pernyataannya. Tetapi kedua hal itu mungkin dipisahkan oleh puluhan bahkan ratusan halaman suatu buku. Misalnya saja pada awal tulisannya seseorang pengarang mengemukakan pola-pola kalimat bahasa Melayu Riau sama dengan pola kalimat bahasa
Malaysia. Pada akhirnya ia menyimpulkan bahwa pola kalimat bahasa Malaysia tidak memperlihatkan hal-hal yang berbeda dengan pola kalimat bahasa Melayu.
Kadang-kadang petitio principii ini berwujud sebagai argumentasi berlingkar:
A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D dan D disebabkan A.

9) Kesalahan Komposisi dan Divisi
Kesalahan komposisi terjadi jika kita menerapkan predikat individu kepada
kelompoknya. Misalnya Oni adalah mahasiswa, ia suka berdansa. Jadi mahasiswa suka berdansa. Sebaliknya jika predikat yang benar bagi kelompok kemudian dikenakan kepada individu anggotanya, maka akan terjadi kesalahan divisi. Misalnya saja pada mobil yang besar, baut-baut yang digunakan besar-besar juga. Jika sebuah sekolah dinilai baik maka setiap gurunya dinilai baik.

10) Kesalahan karena Pertanyaan yang Kompleks
Pertanyaan yang kompleks di sini bukan hanya yang dinyatakan dengan kalimat
kompleks saja, melainkan juga yang dapat menimbulkan banyak jawaban. Misalnya pertanyaan, “Apakah benda itu?” akan menghasilkan berbagai jawaban misalnya sebagai istilah ekonomi, fiska, hukum, dan sebagainya.

11) Non Secuitur (kesalahan konsekuen)
Kesalahan ini terjadi jika dalam suatu proposisi kondisional terjadi pertukaran
antara anteseden dan konsekuen. Misalnya. “Jika anda seorang pencuri, maka anda bekerja pada malam hari”, disamakan dengan “Jika anda bekerja pada malam hari, anda seorang pencuri”.

12) Ignoratio Elenchi
Kesalahan ini sama/sejenis dengan argumentum ad Hominem, ad Verucundiam,
ad Baculum dan ad populum yaitu tidak ada relevansi antara premis dan kesimpulannya. Tetapi, Ignoratio elencbi tidak disebabkan oleh bahasa, melainkan karena isi argumentasinya tidak relevan dengan pernyataannya. Misalnya seorang ketua RT mengemukakan kepada warganya bahwa RT perlu memungut iuran untuk petugas kebersihan. Untuk mendukung gagasan itu ia menjelaskan peranan kebersihan dalam menciptakan kesehatan dan keindahan lingkungan; padahal yang harus dibuktikan ialah bahwa iuran itu harus dibayarkan, bukan segala teori tentang kebersihan.